Keberadaannya sempat menjadi polemik berkepanjangan beberapa waktu yang lalu, sehingga menimbulkan problem sampah yang cukup akut di kota Takengon dan sekitarnya. Tapi setelah terjadi kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dengan mesyarakat yang berada di sekitarnya, kini operasional Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Uwer Tetemi yang berada di kampung Mulie Jadi kecamatan Silih NaraKabupaten Aceh Tengah itu kembali normal. Berbeda dengan penanganan tempat pembuangan sampah lainnya yang membiarkan sampah dalam kondisi terbuka dan menjadi “lahan” usaha bagi para pemulung, pengelolaan TPA Uwer Tetemi agak spesifik. Karena sebelumnya, masyarakat yang berada di sekitar TPA itu pernah memprotes keberadaan tempat pembuangan sampah ini yang konon menyebabkan banyaknya lalat hijau (mamok ijo) dan mewabahnya berbagai penyakit.
Namun akhirnya “konflik” itupun mendapatkan win win solution, dimana sampah dari seputaran kota Takengon dapat disalurkan ke TPA, sementara dampak negatif keberadaan TPA bagi masyarakat sekitarnya juga bisa diminimalisir. Caranya, setiap sampah yang sampai ke TPA langsung diratakan dengan alat berat kemudian ditimbun dengan tanah, sehingga aroma tak sedap dari tempat pembuangan sampah itu dapat di eliminir.
Pembuangan sampah ke TPA juga dilakukan pada malam hari, sehingga truk-truk pengangkut sampah itu tidak mengganggu masyarakat di sepanjang jalur yang dilaluinya dan juga masyarakat yang berada di sekitar TPA. Ya, meskipun daya tampung TPA ini agak terbatas, tapi minimal saat ini, masalah sampah di kota dingin ini sudah dapat tertanggulangi dengan baik. Sudah agak lama masalah TPA Uwer Tetemi “senyap” dari pemberitaan media, beberapa hari lalu ada “kabar baik” dari tempat pembuangan sampah ini.
Sampah-sampah organic yang ditimbun dengan tanah di tempat itu, ternyata cepat berproses menjadi pupuk organic yang cukup baik, tanah penutup sampah itupun kemudian mendapat efek dari keberadaan sampah organic yang sudah berubah menjadi pupuk itu, secara otomatis tanah penimbun itupun jadi ikut subur.
Hal itu sudah dibuktikan dengan “uji coba” yang dilakukan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Tengah, Ir. Zikriadi, MM. Secara iseng dia mencoba menanam beberapa bibit semangka di atas tanah timbunan sampah tersebut, dan tanpa dinyana , coba-coba yang dilakukan oleh sarjana pertanian dan magister manajemen alumni Universitas Syiah Kuala Banda Aceh itu menunjukkan respon yang sangat baik.
Bibit semangka yang ditanam Zikri, terlihat tumbuh subur diatas hamparan tanah timbunan sampah itu, bahkan sudah mulai terlihat buah-buah semangka berwarna hijau bergaris loreng bermunculan disela-sela tanaman yang tumbuh subur menjalar itu, tentu ini membuat hati Zikri “berbunga”.